Tak ada yang lebih tabah dari hujan bulan juni
dirahasiakannya rintik rindunya kepada pohon berbunga itu
Tak ada yang lebih bijak dari hujan bulan juni
dihapusnya jejak-jejak kakinya yang ragu-ragu di jalan itu
Tak ada yang lebih arif dari hujan bulan juni
dibiarkannya yang tak terucapkan diserap akar pohon bunga itu
(oleh : Sapardi Djoko Damono)
26 Maret 2009
Hujan Bulan Juni
04 Maret 2009
Petuah Bijak
Barangsiapa yang memperhatikan kekurangan dirinya, niscaya ia tidak akan sempat mencari -cari kekurangan orang lain. (Ali bin Abu Thalib)
Rasul bersabda " Tidaklah beriman (dengan sempurna) salah seorang dari kalian hingga aku lebih ia cintai daripada orang tuanya, anaknya, dan segenap manusia."
(HR Al Bukhari)
02 Maret 2009
Manfaat dan tips bercerita untuk Ayah
Ayah tentu perlu juga memanfaat dongeng atau cerita pengantar tidur sebagai "alat" untuk mengajarkan nilai atau memberi nasehat. Apa saja manfaat bercerita?
1. Memberi contoh
Dengan bercerita, Anda bisa memasukkan norma dan nilai kehidupan kepada anak-anak. Contohnya : Anda bercerita tentang Popeye yang hebat karena makan bayam.
2. Memberi tantangan kepada anak
Saat mendengarkan cerita, Ia menggunakan imajinasinya dan biasanya menempatkan dirinya sebagai tokoh protagonis yang berhasil memecahkan masalah. Disitulah ia belajar bagaimana memecahkan masalah yang mungkin terjadi dalam kehidupannya.
3. Melatih komunikasi
Membacakan cerita kepada si kecil sejak ia bayi akan melatihnya cepat berkomunikasi verbal. Jadi jangan anggap tidak ada keuntungan dalam membacakan cerita.
Yang bisa ayah lakukan:
* Sebelum pulang, browsing dongeng untuk si kecil, lalu jadikan ini bahan cerita yang Anda improvisasi dengan imajinasi Anda sendiri.
* Sebagai "pemula", Ayah juga bisa mendengarkan cara Bunda atau ibu guru di prasekolah bercerita. Anda sendiri sah saja lho punya gaya asyik tersendiri. Si kecil takkan bisa mengalihkan perhatian jika cara mendongeng atau bercerita seru!
* Inspirasi cerita bisa berasal dari pengalaman Anda di masa kecil saat masih balita, kisah klasik yang Anda telah kenal sejak kecil, atau film anak-anak.
01 Maret 2009
Petuah Bijaksana
Tiga hal yang membinasakan :
1. Bakhil yang dituruti ;
2. Nafsu yang diikuti ;
3. Takjub pada diri sendiri.
Tiga hal yang menyelamatkan :
1. Berlaku adil saat marah dan ridho ;
2. Kesederhanaan saat kaya dan miskin ;
3. Takut pada Alloh saat sendiri dan ditengah keramaian.
Tiga hal yang menghapus kesalahan :
1. Menunggu sholat setelah sholat ;
2. Menyempurnakan wudhu di saat yang berat
3. Melangkahkan kaki menuju sholat berjamaah.
Tiga hal yang mengangkat derajat :
1. Memberi makan ;
2. Menyebar salam ;
3. Sholat malam saat manusia tidur.
(HR. Al Baihaqi)
Diantara bentuk kedzaliman seseorang terhadap saudaranya adalah bila ia menyebutkan keburukan yang ia ketahui dari saudaranya dan menyembunyikan kebaikan - kebaikannya.
(Ibnu Sirin)
Ridholah terhadap apa yang telah Alloh Ta'ala berikan kepadamu, niscaya kamu menjadi orang yang paling kaya. (Ibnu Mas'ud)
Barangsiapa menggantungkan suatu barang (dengan anggapan bahwa barang itu dapat melindungi dirinya), niscaya Alloh menjadikan dia selalu bergantung kepada barang tersebut. (HR. Ahmad)
Abu ad-Darda' pernah berkata : "Jika kamu melihatku marah, maka relakanlah. Jika aku melihatmu marah aku akan merelakanmu. Jika tidak maka kita tidak akan bersatu selamanya."
Tidak dihalalkan bagi seorang muslim menjual suatu barang kepada saudaranya yang di dalamnya mengandung cacat, kecuali setelah ia menjelaskannya kepadanya. (HR. Ahmad)
Barangsiapa yang ingin diselamtkan oleh Alloh dari kesusahan - kesusahan hari kiamat, maka hendaklah ia memberikan kemudahan kepada orang yang susah / membebaskannya. (HR. Muslim)
Gurindam Dua Belas
Salah satu peninggalan terbaik nenek moyang kita dalam bidang sastra adalah gurindam dua belas. Sebuah karya fenomenal dari sastrawan melayu Raja Ali Haji yang juga merupakan seorang Pahlawan Nasional dari Pulau Penyengat Kepulauan Riau. Gurindam dua belas berisikan nasehat - nasehat yang penuh dengan rasa spriritual, moral, dan sosial humanisme. Berikut adalah kutipan Gurindam dua belas tersebut :
Gurindam I
Ini gurindam pasal yang pertama:
Barang siapa tiada memegang agama,
sekali-kali tiada boleh dibilangkan nama.
Barang siapa mengenal yang empat,
maka ia itulah orang ma'rifat
Barang siapa mengenal Allah,
suruh dan tegahnya tiada ia menyalah.
Barang siapa mengenal diri,
maka telah mengenal akan Tuhan yang bahari.
Barang siapa mengenal dunia,
tahulah ia barang yang terpedaya.
Barang siapa mengenal akhirat,
tahulah ia dunia melarat.
Gurindam II
Ini gurindam pasal yang kedua:
Barang siapa mengenal yang tersebut,
tahulah ia makna takut.
Barang siapa meninggalkan sembahyang,
seperti rumah tiada bertiang.
Barang siapa meninggalkan puasa,
tidaklah mendapat dua temasya.
Barang siapa meninggalkan zakat,
tiadalah hartanya beroleh berkat.
Barang siapa meninggalkan haji,
tiadalah ia menyempurnakan janji.
Gurindam III
Ini gurindam pasal yang ketiga:
Apabila terpelihara mata,
sedikitlah cita-cita.
Apabila terpelihara kuping,
khabar yang jahat tiadalah damping.
Apabila terpelihara lidah,
nescaya dapat daripadanya faedah.
Bersungguh-sungguh engkau memeliharakan tangan,
daripada segala berat dan ringan.
Apabila perut terlalu penuh,
keluarlah fi'il yang tiada senonoh.
Anggota tengah hendaklah ingat,
di situlah banyak orang yang hilang semangat
Hendaklah peliharakan kaki,
daripada berjalan yang membawa rugi.
Gurindam IV
Ini gurindam pasal yang keempat:
Hati kerajaan di dalam tubuh,
jikalau zalim segala anggota pun roboh.
Apabila dengki sudah bertanah,
datanglah daripadanya beberapa anak panah.
Mengumpat dan memuji hendaklah fikir,
di situlah banyak orang yang tergelincir.
Pekerjaan marah jangan dibela,
nanti hilang akal di kepala.
Jika sedikitpun berbuat bohong,
boleh diumpamakan mulutnya itu pekong.
Tanda orang yang amat celaka,
aib dirinya tiada ia sangka.
Bakhil jangan diberi singgah,
itupun perampok yang amat gagah.
Barang siapa yang sudah besar,
janganlah kelakuannya membuat kasar.
Barang siapa perkataan kotor,
mulutnya itu umpama ketur.
Di mana tahu salah diri,
jika tidak orang lain yang berperi.
Gurindam V
Ini gurindam pasal yang kelima:
Jika hendak mengenal orang berbangsa,
lihat kepada budi dan bahasa,
Jika hendak mengenal orang yang berbahagia,
sangat memeliharakan yang sia-sia.
Jika hendak mengenal orang mulia,
lihatlah kepada kelakuan dia.
Jika hendak mengenal orang yang berilmu,
bertanya dan belajar tiadalah jemu.
Jika hendak mengenal orang yang berakal,
di dalam dunia mengambil bekal.
Jika hendak mengenal orang yang baik perangai,
lihat pada ketika bercampur dengan orang ramai.
Gurindam VI
Ini gurindam pasal yang keenam:
Cahari olehmu akan sahabat,
yang boleh dijadikan obat.
Cahari olehmu akan guru,
yang boleh tahukan tiap seteru.
Cahari olehmu akan isteri,
yang boleh menyerahkan diri.
Cahari olehmu akan kawan,
pilih segala orang yang setiawan.
Cahari olehmu akan abdi,
yang ada baik sedikit budi,
Gurindam VII
Ini Gurindam pasal yang ketujuh:
Apabila banyak berkata-kata,
di situlah jalan masuk dusta.
Apabila banyak berlebih-lebihan suka,
itulah tanda hampir duka.
Apabila kita kurang siasat,
itulah tanda pekerjaan hendak sesat.
Apabila anak tidak dilatih,
jika besar bapanya letih.
Apabila banyak mencela orang,
itulah tanda dirinya kurang.
Apabila orang yang banyak tidur,
sia-sia sahajalah umur.
Apabila mendengar akan khabar,
menerimanya itu hendaklah sabar.
Apabila menengar akan aduan,
membicarakannya itu hendaklah cemburuan.
Apabila perkataan yang lemah-lembut,
lekaslah segala orang mengikut.
Apabila perkataan yang amat kasar,
lekaslah orang sekalian gusar.
Apabila pekerjaan yang amat benar,
tidak boleh orang berbuat onar.
Gurindam VIII
Ini gurindam pasal yang kedelapan:
Barang siapa khianat akan dirinya,
apalagi kepada lainnya.
Kepada dirinya ia aniaya,
orang itu jangan engkau percaya.
Lidah yang suka membenarkan dirinya,
daripada yang lain dapat kesalahannya.
Daripada memuji diri hendaklah sabar,
biar pada orang datangnya khabar.
Orang yang suka menampakkan jasa,
setengah daripada syirik mengaku kuasa.
Kejahatan diri sembunyikan,
kebaikan diri diamkan.
Keaiban orang jangan dibuka,
keaiban diri hendaklah sangka.
Gurindam IX
Ini gurindam pasal yang kesembilan:
Tahu pekerjaan tak baik,
tetapi dikerjakan,
bukannya manusia yaituiah syaitan.
Kejahatan seorang perempuan tua,
itulah iblis punya penggawa.
Kepada segaia hamba-hamba raja,
di situlah syaitan tempatnya manja.
Kebanyakan orang yang muda-muda,
di situlah syaitan tempat berkuda.
Perkumpulan laki-laki dengan perempuan,
di situlah syaitan punya jamuan.
Adapun orang tua yang hemat,
syaitan tak suka membuat sahabat
Jika orang muda kuat berguru,
dengan syaitan jadi berseteru.
Gurindam X
Ini gurindam pasal yang kesepuluh:
Dengan bapa jangan durhaka,
supaya Allah tidak murka.
Dengan ibu hendaklah hormat,
supaya badan dapat selamat.
Dengan anak janganlah lalai,
supaya boleh naik ke tengah balai.
Dengan isteri dan gundik janganlah alpa,
supaya kemaluan jangan menerpa.
Dengan kawan hendaklah adil supaya tangannya jadi kafill.
Gurindam XI
Ini gurindam pasal yang kesebelas:
Hendaklah berjasa,
kepada yang sebangsa.
Hendaklah jadi kepala,
buang perangai yang cela.
Hendaklah memegang amanat,
buanglah khianat.
Hendak marah,
dahulukan hajat.
Hendak dimulai,
jangan melalui.
Hendak ramai,
murahkan perangai.
Gurindam XII
Ini gurindam pasal yang kedua belas:
Gurindam 12, pasal yang ke 11 dan ke 12
Raja muafakat dengan menteri,
seperti kebun berpagarkan duri.
Betul hati kepada raja,
tanda jadi sebarang kerja.
Hukum adil atas rakyat,
tanda raja beroleh anayat.
Kasihan orang yang berilmu,
tanda rahmat atas dirimu.
Hormat akan orang yang pandai,
tanda mengenal kasa dan cindai.
Ingatkan dirinya mati,
itulah asal berbuat bakti.
Akhirat itu terlalu nyata,
kepada hati yang tidak buta.